Selamat Datang Pembaca Setia

Kamis, 09 Agustus 2012

Pengaruh musik bagi otak

Penelitian Terbaru

Musik telah banyak digunakan sebagai terapi untuk mengatasi berbagai gejala depresi dan kecemasan. Ternyata, ada banyak manfaat kesehatan lainnya dari musik. Banyaknya manfaat ini sampai sekarang masih dijelajahi oleh para peneliti.

"Ada sesuatu tentang musik dan terlibat dalam kegiatan musik yang tampaknya sangat merangsang bagi otak dan tubuh. Menyanyikan lagu-lagu favorit dengan keluarga dan teman-teman, bermain dalam band atau menari diiringi musik juga dapat memperkuat ikatan dengan orang lain," kata neuroscientist, Dr Petr Janata dari University of California, Davis seperti dilansir brainready.com.

Mengurangi rasa sakit

Beberapa penelitian telah menemukan bahwa mendengarkan musik dapat mengurangi rasa sakit. Penelitian lain menunjukkan bahwa musik dapat bermanfaat bagi pasien penyakit jantung dengan mengurangi tekanan darah, denyut jantung dan kecemasan.

Terapi musik juga telah ditunjukkan untuk mengangkat semangat pasien dengan depresi. Membuat musik sendiri, baik memainkan alat musik atau bernyanyi, dapat memiliki efek terapi juga.

Ketika mendengarkan atau terlibat dalam musik yang membuat senang, rileks, kontemplatif, tubuh akan mendapat efek relaksasi yang mendalam seperti tidur nyenyak, mandi air hangat, dan menurunkan tingkat stres secara keseluruhan.

Meningkatkan kemampuan otak

Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bagaimana musik dapat meningkatkan fungsi otak. Dalam satu penelitian, psikolog klinis Charles Emery dari Ohio State University mempelajari efek musik terhadap orang yang mendengarkannya selama olahraga secara teratur.

Emery dan timnya menguji 33 orang pria dan wanita yang sedang berada dalam minggu-minggu akhir program rehabilitasi jantung. Masing-masing peserta diuji untuk kemampuan mentalnya setelah berolahraga tanpa musik dan berolahraga dengan musik.

Hasilnya, rata-rata para peserta mendapat skor lebih dari dua kali lipat ketika mendengarkan musik setelah berolahraga tanpa mendengarkan musik daripada setelah berolahraga. Musik yang dipilih adalah karya Vivaldi yang berjudul "The Four Seasons".

Penelitian sebelumnya oleh ilmuwan lain menunjukkan bahwa musik membantu pasien penyakit paru-paru agar kemampuan mentalnya dapat bekerja dengan lebih baik.

Emery menduga manfaat yang sama dapat diperoleh dengan mendengarkan semua jenis musik, bukan hanya musik klasik. Ia berteori bahwa "Four Seasons" dapat merangsang kinerja mental karena kerumitannya memaksa otak untuk mengatur transmisi saraf.

"Tapi musik jenis lainnya mungkin bekerja lebih baik untuk beberapa orang. Saya tidak berpikir ada sesuatu yang khusus pada musik Vivaldi atau musik klasik yang akan memicu peningkatan fungsi otak," kata Emery.

Meningkatkan kecerdasan

Beberapa penelitian lain telah menggambarkan bahwa mendengarkan musik adalah suatu usaha yang lebih kompleks dari kelihatannya. Otak manusia memilah nada, waktu, dan pengurutan suara untuk memahami musik.

Diyakini bahwa lobus frontal otak dirangsang dan diaktifkan ketika mendengarkan musik. Karena area tersebut adalah bagian otak yang berhubungan dengan fungsi mental yang lebih tinggi seperti berpikir abstrak atau perencanaan.

Frances Rauscher, psikolog di University of Wisconsin di Oshkosh dan rekan-rekannya menemukan bahwa mendengarkan musik Mozart dapat meningkatkan penalaran orang di bidang matematika dan kemampuan spasial.

Bahkan, tikus yang berlari labirin menjadi lebih cepat dan lebih akurat setelah mendengar Mozart. Menurut Rauscher, piano sonata Mozart tampaknya merangsang aktivitas tiga gen yang terlibat dalam sinyal sel saraf di otak.

Mendengarkan musik adalah salah satu cara mendengarkan musik secara pasif untuk memperoleh manfaat bagi otak. Tetapi aktifitas yang lebih merangsang otak dan bahkan meningkatkan IQ adalah bermain atau menulis musik.

Anak-anak berusia enam tahun yang diberi pelajaran musik ketika dibandingkan dengan pelajaran drama atau tanpa instruksi mendapat tambahan 2 - 3 poin dalam skor IQ nya.

Rauscher juga menemukan bahwa setelah mendapat pelajaran musik selama dua tahun, anak pra-sekolah mendapat skor yang lebih baik pada tes penalaran spasial dibandingkan dengan yang mengikuti pelajaran komputer. Namun manfaatnya mungkin tidak sama bagi orang dewasa.

Semoga artikel ini bermanfaat.
Sang penulis

pantun paling gombal

Mau cari-cari pantun untuk nggombalin , disini tempatnya.

 

 

Juragan pisau makan buah
Buah kotor kena tinta,
Jangan risau jangan gundah
Karena derita bumbu cinta

Paling cakep burung gelatik
Di atas awan terbang melayang
Emang banyak wanita cantik
Cuman ade yang abang sayang

Pohon sagu jatoh di tebang
Pohon duku di bikin sarang
Jangan ragu jangan bimbang
Cinta ku hanya untuk mu seorang

Di pinggir kolam makan bubur
Jangan lupa pakai keripik
Dari semalem aye ga bisa tidur
Selalu teringat wajah mu yg cantik

Beli kain warna nya merah
Dari kediri pake nya batik
Di godain jangan marah
Salah sendiri punya wajah cantik

Nasi uduk masih anget
Beli nye di pinggir jalan
Yang lagi duduk manis banget
Boleh ga kite kenalan

Padi manguniang masak di sawah….
Mancik bamain di ateh bilah….
Hiduik la paniang dek banyak mangalah….
Karano adiak nan banyak tingkah…

kembang gula di perigi
untuk aku minum jamu
kemana pun kamu pergi
aku slalu rindu kamu

meski hanya buah jambu
tapi ini bisa diramu
meskipun jarang ketemu
cintaku hanya untukmu

Bangsa Indonesia bukan bangsa tempe

KITA BUKAN BANGSA TEMPE

KITA BUKAN BANGSA TEMPE
Oleh: Djoko Rahardjo*
Urusan Tempe Risaukan Istana, demikian tajuk utama di Harian Surya yang terbit hari Rabu, 25 Juli 2012. Mungkin orang asing yang belum faham dengan urusan “pertempean” di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa akan terheran-heran, setelah membaca berita ini. Apakah tempe itu senjata yang ampuh sehingga dapat merisaukan pemerintah? Apakah peristiwa yang terjadi saat ini masih ada hubungannya dengan masa lalu bangsa kita?
Lebih lanjut Harian Surya mewartakan: Persoalan kenaikan harga kedelai yang berimbas pada mahalnya tempe dan tahu akhirnya sampai ke istana presiden. Ancaman para perajin  tempe Jakarta untuk mogok selama tiga hari ke depan sudah didengar oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono….Kenaikan harga kedelai ini dipicu oleh kekeringan di Midwest AS, Akibat kekeringan terparah selama 50 tahun,,,,Padahal Indonesia  mengimpor sebagian besar kebutuhan kedelainya dari AS.
Saking hebatnya  tempe ini—pada tahun 1963—Presiden  RI yang pertama, Soekarno—pernah memakainya sebagai senjata pamungkas.  Kompasiana, 16 Mei 2011, pukul 10.28 wib.,  mengutip Pidato Bung Karno: Kita Bukan Bangsa Tempe, dan Lebih Baik Makan Gaplek (di unduh tgl 25-7-2012 pukul 14.50 wib.).
Bila kedua peristiwa tersebut kita cermati, ternyata masih ada hubungannya walaupun pada konteks yang berbeda. Pada masa yang lalu—kita bukan bangsa tempe—adalah  suatu ungkapan ketidaksukaan Bung Karno terhadap campur tangan asing—yang mengaitkan setiap bantuan/pinjaman dengan kemauan negara pendonor—termasuk Amerika Serikat. Pada masa kini—secara faktual—bahwa urusan tempe—kita tidak dapat menghindar impor kedelai dari Amerika Serikat.
Kepanikan  para pengrajin tempe akan kenaikan harga kedelai dapat difahami. Dalam hal ini, pengrajin tempe atau produser tidak lagi menerima keuntungan yang layak atas jerih payahnya. Sementara itu, pembeli atau konsumen masih dapat memilih lauk pauk yang lain. Hubungan antara produsen dan konsumen sudah tak lagi mesra. Untuk pindah profesi dari pengrajin tempe  ke profesi lain tidaklah mudah. Harapan para pengrajin tempe kepada pemerintah adalah memperoleh harga kedelai yang sesuai dengan daya beli konsumen.
Pemerintah ke depan, akan mencetak 500 hektar  lahan pertanian kedelai (Metro TV, Rabu 25 Juli 2012). Memang tidak serta merta urusan kedelai ini dapat segera diselesaikan. Tentu masih perlu proses. Kita pernah memproklamirkan diri sebagai negara penghasil tanaman padi yang dapat memenuhi kebutuhan sendiri (swasembada) bahkan pernah mengekpornya. Tetapi untuk menjaga stabilitas pangan, khususnya beras maka impor beras tak dapat dihindari. Kemungkinan hal ini juga akan terjadi pada kedelai.
Pengalaman kita sebagai bangsa yang sudah merdeka selama 67 tahun, pernah merasakan pedasnya harga lombok  yang mencapai Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) per-kilogram. Walaupun lombok atau cabe tidak termasuk sembilan bahan pokok tetapi sempat memicu angka inflasi. Akankah kenaikan harga kedelai ini memicu angka inflasi?
Ada hal yang menarik dari produk olahan kedelai yang bernama tempe. Bung Karno melukiskan “ketidakberdayaan ekonomi bangsa” dengan ungkapan “Kita Bukan Bangsa Tempe”. Meskipun sebagian rakyat Indonesia penyuka makanan tempe. Entahlah mengapa beliau menggunakan ungkapan tersebut. Menurut pendapat penulis, Bung Karno mendidik kita agar tidak menjadi “bangsa yang cengeng”, yang mudah mengeluh terhadap persoalan yang sepele. Kita didik oleh beliau agar menjadi bangsa yang besar, yang mampu menyelesaikan masalah bangsa dengan semangat persatuan dan kesatuan.
Malang, 26 Juli 2012
*) Djoko Rahardjo, Staf Subbag Sarana Akademik BAKPIK UM